

Menjadi Sukabumi, Ketika Kota Solo Menginspirasi Saleh Hidayat
/ Literatur
Penulis adalah alumnus Fakultas Hukum UNS yang telah sekian lama mengabdikan diri untuk daerahnya.
CIKOLE, Sukabumi | Sekira tiga dekade berlalu, sejak lulus dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Saleh Hidayat lantas mengabdikan diri untuk tanah kelahiran, Sukabumi. Ia seorang guru, dosen, dan advokat. Siapa sangka, sekian banyak jam terbang yang ia lalui, ternyata terinspirasi oleh pengalamannya selama menjadi mahasiswa UNS.
“Kota Solo banyak kenangannya. Saya menimba ilmu di sana. Tidak terbilang luasnya khazanah keilmuan, pranata sosial-budaya, cara menikmati hidup, dan visi nasionalisme yang terus diasah. Saya menjadi seperti sekarang ini, tidak terlepas dari pengaruh pendidikan di Kota Solo, terutama almamater saya, UNS,” ujarnya kepada Surakarta Daily, pada hari pertama Ramadhan 1446 Hijriah, Sabtu (1/3/2025).
Dengan bersemangat, ia mulai menulis hal-hal penting seputar rekomendasi pembangunan Sukabumi, baik itu Kabupaten Sukabumi maupun Kota Sukabumi. Identitas kedaerahan yang terbangun dari kekhasan menjadi benang merah penulisannya. Lahirlah karya penuh dedikasi, sebuah buku berjudul Menjadi Sukabumi.
“Meski saya lahir di Subang, tapi saya tumbuh dan besar di Sukabumi. Karena saya telah merasa menjadi satu dengan Sukabumi, rasanya setiap hal penting yang berguna bagi daerah ini dan saya mampu bersumbangsih, akan dengan senang hati saya lakukan,” terang Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Surakarta Komisariat Fakultas Hukum UNS Periode 1999-2000 itu.
Buku Menjadi Sukabumi diterbikan oleh Penerbit Pandiva dan terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, Sukabumi Kota Literasi Santri. Bagian ini mengulas jatidiri Sukabumi yang berjuluk Kota Santri, pentingnya budaya literasi, dan implikasinya pada pendidikan.
Bagian kedua, Ketahanan Ekonomi Sukabumi, menyajikan analisis identitas kebudayaan sebagai pilar penting perekonomian daerah. Isu-isu turunan, seperti ketahanan pangan, penguatan koperasi, dan geowisata pun disuguhkan dengan relevansi yang apik.
Selanjutnya, bagian ketiga, mengetengahkan tema Sukabumi sebagai Modern City. Penulis menandaskan pentingnya peran para akademisi, orientasi smart city, dan ekonomi kreatif bagi masa depan Sukabumi.
“Buku Menjadi Sukabumi didahului oleh dua pengantar tokoh. Pertama, Wakil Bupati Sukabumi Periode 2021-2025, Iyos Somantri. Kedua, Ketua Dewan Pendidikan Kota Sukabumi Periode 2023-2028, Mulyawan Safwandy Nugraha. Artinya, keterikatan saya dengan Sukabumi juga terepresentasi oleh apresiasi tokoh-tokohnya,” ucap Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Bulan Bintang Kota Sukabumi Periode 2004-2009 tersebut.
Membangun Perlu Pengetahuan
Saleh Hidayat berpandangan, untuk membangun Sukabumi, dibutuhkan pengetahuan yang mumpuni dari berbagai bidang keilmuan. Dengan begitu, pembangunan menjadi lebih terarah dan jelas targetnya. Pembangunan tanpa ilmu-pengetahuan yang cukup hanya akan membuat warga masyarakat tersesat dalam ketidakpastian.
“Kita semua potensial bersumbangsih pada Sukabumi, termasuk potensial memberikan ilmu-pengetahuan yang kita punya demi kebaikan daerah ini. Semua pihak yang saling berkolaborasi, berikut kapasitas keilmuan masing-masing, baik formal maupun informal, dapat melahirkan kekuatan besar yang sangat bermanfaat,” terangnya.
Buku Menjadi Sukabumi, sambung Saleh, diharapkan menginspirasi banyak orang untuk berkontribusi pada Sukabumi. Bila mungkin, semua kontribusi itu lantas juga didokumentasikan dengan baik sebagai bahan bakar literasi kedaerahan agar dapat dirujuk dan dikembangkan.
“Siapa pun yang berkontribusi pada Sukabumi harus kita bukakan pintu. Mereka bisa jadi warga Sukabumi yang tinggal di Sukabumi, atau warga Sukabumi yang tengah merantau, atau bukan warga Sukabumi tapi peduli pada Sukabumi, termasuk semua orang yang terhubung dengan Sukabumi,” tutup Saleh bersemangat.
Editor: Rahma Frida