Laili Etika Rahmawati sesaat sebelum Sarasehan Perencanaan dan Penilaian dalam Pembelajaran BIPA, Senin (26/7/2024), di Ruang Seminar Lantai 5 Gedung Pascasarjana Kampus 2 UMS. (Humas UMS)
Laili Etika Rahmawati, Dosbing Riset Juara Andalan Mahasiswa : Laili Etika Rahmawati sesaat sebelum Sarasehan Perencanaan dan Penilaian dalam Pembelajaran BIPA, Senin (26/7/2024), di Ruang Seminar Lantai 5 Gedung Pascasarjana Kampus 2 UMS. (Humas UMS)
Laili Etika Rahmawati sesaat sebelum Sarasehan Perencanaan dan Penilaian dalam Pembelajaran BIPA, Senin (26/7/2024), di Ruang Seminar Lantai 5 Gedung Pascasarjana Kampus 2 UMS. (Humas UMS)

Laili Etika Rahmawati, Dosbing Riset Juara Andalan Mahasiswa

Riset bukan lagi momok mahasiswa, justru bikin penasaran dan berbuah prestasi membanggakan.


PABELAN, Kartasura | Jamak dipahami bahwa bimbingan penelitian, riset, atau studi ilmiah di perguruan tinggi seperti momok bagi mahasiswa. Cara berinteraksi dan berkomunikasi dosen pembimbing (dosbing) menjadi faktor terbesarnya. Padahal, bimbingan kuliah sebenarnya dapat menjadi momentum temu potensi dan kompetensi antara dosen dan mahasiswa untuk capaian yang lebih besar.

Tersebutlah Laili Etika Rahmawati, seorang dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sejak tercatat sebagai dosen UMS pada 2010, sumbangsih Laili pada riset mahasiswa telah berbuah puluhan prestasi. Tangan dinginnya terejawantah dalam setiap bimbingannya pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

“Pada tahun-tahun awal, saya belum berhasil. Setelah saya pelajari dan paham strateginya, mahasiswa-mahasiswa yang saya bimbing mulai lolos bahkan juara PKM. Ketika semakin banyak mahasiswa bimbingan saya yang berhasil di ajang PKM, saya kemudian dikenal sebagai dosen yang punya kemampuan khusus dalam membimbing riset juara mahasiswa,” ucap Laili, ketika ditemui di Biro Inovasi Pembelajaran (BIP) UMS, Gedung Induk Siti Walidah, Senin (29/7/2024).

Ia membagikan sebuah resep istimewa. Misalnya, saat mengajar, ia selalu berupaya mengidentifikasi kemampuan mahasiswa. Ada mahasiswa yang berkemampuan bahasa populer. Sebagian mahasiswa mulai menunjukkan minatnya pada riset. Ada pula yang masih beradaptasi dengan keilmuan Bahasa Indonesia.

Selanjutnya, dilakukan pendampingan, baik langsung maupun tidak langsung. Bagi mahasiswa yang terlihat minatnya pada riset, biasanya diberi tugas tambahan, untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi. Ketika program riset dibuka, sebagian mahasiswa yang telah siap lantas disegerakan turut berpartisipasi.

Bila diperlukan, tak sekali dua kali, pemusatan bimbingan riset juga dilakukan. Biasanya, dilaksanakan di lokasi khusus yang inspiratif dan menyegarkan, seperti destinasi wisata atau kulineran. Teknisnya, setiap anggota tim dapat menikmati suasana dengan penuh keceriaan, lalu pada saatnya, pembicaraan serius seputar riset dibahas dalam waktu yang tak begitu lama, tetapi fokus dan produktif.

“Bandungan, misalnya. Di sana, setelah jalan-jalan, kami berkumpul untuk berbincang khusus tentang riset. Jadi, tidak selalu di kampus. Biar suasananya berbeda dan tidak monoton. Anggota tim pun terlihat bergembira. Akhirnya, pembicaraan seputar riset terasa semakin menyenangkan,” kata Laili.

Ada kisah menarik. Suatu ketika, seorang mahasiswa baru tiba-tiba menghadap Laili, atas perintah guru SMA-nya. Usut punya usut, dahulu pada masanya, sang guru ternyata salah satu mahasiswa yang pernah dibimbing Laili. Katakanlah, rekam jejak pembimbingan riset Laili bahkan telah tembus dua generasi.

“Mahasiswa saya ini bercerita, kalau ia diperintah gurunya untuk masuk UMS di program studi PBSI, lalu diharuskan menghadap saya agar mendapat bimbingan penelitian yang tepat. Rupanya, sang guru begitu terkesan pada bimbingan saya ketika itu,” kenang dosen yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Program Studi PBSI FKIP UMS ini.

Soal riset, Laili memang berpengalaman. Wajar bila banyak mahasiswa bimbingannya yang mendapatkan manfaat dari kompetensi tersebut. Riset-riset itu dilaksanakan dengan skema pembiayaan bermacam, seperti Program Penelitian Kerja Sama Antar-Perguruan Tinggi, skim Penelitian Reguler Kompetitif, skim riset Hibah Kompetensi, Program Penelitian Disertasi Doktor, Hibah Integrasi Tridarma, dan masih banyak lagi.

Ia juga banyak berkolaborasi dengan berbagai pihak pada bidang riset, pengabdian masyarakat, dan pendidikan. Tim riset yang pernah ia gandeng, contohnya berasal dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Universitas Indonesia, dan Universitas Fatoni Thailand.

Bahasa Indonesia, Jalan Mendunia

Bukan hanya membimbing mahasiswa dengan sepenuh hati, Laili berpandangan, kesungguhan dalam berbahasa Indonesia adalah jalan mendunia. Terlebih, Bahasa Indonesia telah ditetapkan menjadi salah satu bahasa resmi di dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), bersama Bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Rusia, Prancis, Spanyol, Hindi, Italia, dan Portugis.

Ketetapan UNESCO itu tidak lantas menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, akan tetapi mampu membuka peluang ke arah sana. Peluang yang menurut Kepala Divisi Pengembangan Kurikulum dan Inovasi Pembelajaran UMS tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.

Ia menjelaskan, untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, setidaknya harus memenuhi tiga indikator. Pertama, sejarah panjang penggunaannya dalam ragam tulis. Kedua, statusnya sebagai bahasa nasional atau bahasa resmi di beberapa negara. Ketiga, penggunaannya sebagai sarana bisnis, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan diplomasi.

“Ketika mahasiswa UMS sungguh-sungguh belajar Bahasa Indonesia yang kini telah ditetapkan sebagai salah satu bahasa resmi UNESCO, artinya kans untuk mendunia pun terbuka lebar. Meski secara terbatas dan bertahap, mereka dapat berkiprah dalam lingkup apa pun, dengan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik,” tuturnya penuh semangat.

Apabila ditelisik, sambungnya, fleksibilitas Bahasa Indonesia yang terbuka pada kata-kata asing dan pada praktiknya justru memperkaya khazanah kosakata, merupakan gambaran khas kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang mudah beradaptasi dengan dinamika global. Seperti diketahui, Bahasa Indonesia mempunyai banyak kata serapan dari berbagai bahasa di dunia, seperti Belanda, Arab, Inggris, Spanyol, hingga Portugis.

“Ketika kita terbiasa menggunakan istilah-istilah Bahasa Indonesia di ruang publik dan ranah akademik dengan baik dan benar, kemudian berimplikasi luas pada budaya komunikasi nasional bahkan internasional, identitas kita sebagai penutur bahasa yang unggul akan tampak nyata. Saya pikir, UMS mampu mencapainya. UMS akan siap menjadi kampus berkelas dunia dengan pemahaman Bahasa Indonesia yang  mumpuni,” tutup Laili yakin.

Editor: Rahma Frida


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik