

Transformasi Pondok Pesantren Muhammadiyah Ala Mudir Abd. Hakam Faruq HS
/ Surakartan
Kurikulum standar pesantren diterapkan dan berbeda dengan sekolah Muhammadiyah reguler.
PAJANG, Laweyan | Perubahan adalah keniscayaan. Setiap perubahan meniscayakan adaptasi. Setiap adaptasi meniscayakan visi kepemimpinan yang kuat. Atas kiprah kepemimpinan yang kuat, perubahan akan dapat diterima sebagai perbaikan kehidupan.
Gambaran itu terpancar kuat dalam kebijakan transformasi salah satu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Laweyan juga Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surakarta, Ma’had Tahfidzul Quran Muhammadiyah Surakarta (MTQMS).
Transformasi berupaya mengintegrasikan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) ke dalam manajemen pendidikan MTQMS. Inisiasi datang dari Mudir MTQMS, Abd. Hakam Faruq HS.
“Selama ini, anak asuh di panti asuhan bersekolah ke luar. Mereka pulang ke panti untuk mendapatkan binaan kepantian dan pendidikan agama. Dengan pengintegrasian panti ke Ma’had, pendidikan formal dapat dikelola sendiri. Artinya, anak asuh tidak perlu lagi sekolah di luar,” terang Sang Mudir kepada Surakarta Daily, Selasa (15/4/2025).
Mulai tahun 2025, sejumlah anak panti dengan pendidikan formal kelas Vll tidak lagi diserahkan ke manajemen SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, meski secara lokasi, hanya bersebelahan. Dengan kebijakan baru, pendidikan formal anak-anak panti kini dikelola sendiri di bawah Ma’had. Teknisnya, untuk bersekolah, anak panti tidak perlu keluar kompleks, karena mereka dapat membuka kelas jauh.
Anak panti yang tidak perlu keluar bersekolah formal kemungkinan besar relatif tidak terkontaminasi pergaulan buruk. Jumlah jam pendidikan agama di sekolah Muhammadiyah, yakni 8 jam per minggu, berbeda dengan pendidikan agama standar pesantren yang mencapai minimal 24 jam per minggunya. Jumlah ini cukup memadai untuk mengkaji ‘ulumusy-syariah.
Kebijakan baru dilahirkan berdasar pada fenomena sedikitnya pelajaran agama yang didapatkan para siswa. Tidak hanya sedikit, seringnya pelajaran agama juga ditempatkan pada jam-jam yang tidak efektif. Akibatnya, banyak siswa yang justru diserang kantuk dan tidak optimal.
“Apa yang dilakukan PAKYM Surakarta semoga dapat dicontoh oleh panti-panti Muhammadiyah lain, demi peningkatan pembinaan anak yang mengikuti pembinaan ala pesantren, sehingga kualifikasi alumninya bisa sama dengan alumni pesantren. MTQMS telah membuktikannya dan bisa,” jelas alumnus Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta itu.
Menurutnya, bobot materi pelajaranya equal antara pelajaran umum dan pelajaran agama, bekerja sama dengan SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Namun, karena MTQMS adalah ma’had tahfidz, diperlukan afirmasi dan pengayaan, di antaranya materi Tafhimul Qur’an, Tafhimul Hadits, dan Bahasa Arab yang lebih terfokus pada muhadatsah.
Selain itu, pengayaan dengan qawaidul lughah, ditambah Bahasa Inggris pada conversation, serta ditunjang kegiatan ekstra berupa muhadharah, agar para santri cakap berkhutbah atau berpidato Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, dan Bahasa Indonesia.
“Kami berikhtiar menunaikan amanah, sebagaimana visi MTQMS, yakni Unggul Berkemajuan Mencerahkan,” tandas dosen UMS tersebut.
Apresiasi dan Dukungan
Kebijakan transformasi MTQMS menuai berbagai apresiasi dan dukungan. Sewaktu digelar Halalbihalal Keluarga Besar MTQMS dan PAKYM Surakarta pada Minggu (13/4/2025) di aula PAKYM Surakarta, narasumber utama, Ketua Ittihadul Ma’ahid Al Muhammadiyah (ITMAM) atau Persatuan Pondok Pesantren Muhammadiyah seluruh Indonesia, Kiai Yunus Muhammadi menyampaikan apresiasinya.
“Transformasi ini adalah langkah berani dan strategis. Saya memuji inisiatif Mudir Ma’had Ust Abdul Hakam Faruq dan jajaran pengurus PCM Laweyan serta PDM Surakarta yang telah melihat kebutuhan zaman dan menjawabnya dengan langkah nyata,” tutur Kiai Yunus.
Ia kembali menekankan tidak adanya dikotomi antara pelajaran agama dan pelajaran umum. Sebab, keduanya sama penting dalam membentuk generasi unggul.
Acara bertema ‘Merajut Kebersamaan, Menggapai Kemajuan’ itu dihadiri sejumlah tokoh penting dan jajaran pimpinan Muhammadiyah, di antaranya Ahmad Dahlan Rais (Pimpinan Pusat Muhammadiyah), Rohani (Sekretaris PDM Surakarta), Pimpinan Harian PCM Laweyan, serta Ketua Pengurus PAKYM dan Ma’had, Sabar Narimo.
Hadir pula perwakilan organisasi otonom Muhammadiyah di lingkungan PDM Surakarta dan PCM Laweyan, Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 4 Surakarta, wali santri MTQMS, para santri, serta anak asuh PAKYM.
Editor: Astama Izqi Winata