

Nur Subekti, Dosen UMS Pionir Pembinaan Atlet Juara
/ Inspirasi
Sewindu lamanya, UMS berhasil melahirkan banyak atlet juara, dari POMnas hingga ASEAN University Games.
PABELAN, Kartasura | Tahukah Anda bahwa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memiliki Program Studi Pendidikan Olahraga? Bukan hanya kuliah, mahasiswa sekaligus dibina dan diarahkan untuk turut dalam berbagai kompetisi olahraga, hingga berhasil menjadi juara. Tak tanggung-tanggung, lingkup kejuaraan telah sampai ke tingkat ASEAN.
“Prodi Pendidikan Olahraga berdiri pada 2016. Setahun setelahnya, tahun 2017, kami berhasil mengirimkan atlet pencak silat ke Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional dan Juara satu,” ujar Kepala Program Studi Pendidikan Jasmani Program Sarjana UMS, Nur Subekti, beberapa waktu lalu.
Pendirian program studi olahraga terbilang unik. Awalnya, UMS berencana membuka program studi tersebut, lantaran terbilang masih sedikit di kampus swasta, terlebih perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM). Umumnya, prodi olahraga dibuka perguruan tinggi negeri.
Untuk mewujudkan hal itu, UMS lantas merekrut Nur Subekti sebagai perintisnya. Pertimbangannya sederhana. Penulis buku Tapak Suci untuk Pendidikan ini adalah kader Muhammadiyah. Ia pesilat Tapak Suci, salah satu organisasi otonom milik Muhammadiyah. Bekti bahkan memulai keaktifannya sedari SMP.
“Bidang keahlian saya memang olahraga. Saya mantan atlet. Saya menekuni Tapak Suci sejak SMP. Ketika kuliah sarjana, ya karena saya mencintai dunia olahraga, terutama pencak silat. Ketika ditawari membidani kelahiran prodi olahraga di UMS, saya tidak pernah membayangkan bahwa saya akan kuliah lagi hingga S3, apalagi menjabat Kaprodi,” terang Bekti mengenang sewindu usia prodi yang ia pimpin.
Sebagai pesilat Tapak Suci, prestasi Bekti sungguh tidak biasa. Ia pernah mewakili tim Jawa Tengah ke kancah nasional. Ia juga berpengalaman menjadi Tim Seleksi Nasional untuk Sea Games. Ketika diamanahi sebagai pionir prodi olahraga di UMS, misi pertamanya, yakni mengembangkan Tapak Suci.
“Misi saya yang pertama, sebenarnya pure ingin mengembangkan Tapak Suci di UMS. Walaupun dulu waktu kuliah S1 saya pernah jadi Asisten Dosen, saya masih nge-blank. Saya tidak pernah terpikir untuk menjadi dosen. Cita-cita saya, melahirkan atlet juara dari UMS,” tuturnya.
Perjuangan pun dimulai. Mulai bertugas di UMS, Bekti memberanikan diri untuk menjalakan strateginya. Pertama, penataan manajemen pendidikan. Bila lazimnya lembaga pendidikan terfokus pada keorganisasian, di tangannya, Bekti lalu memasukkan program latihan sesuai kompetensinya.
“Istilahnya, pembinaan atlet. Jadi pendidikan formal yang di dalamnya terprogram latihan dan pembinaan mahasiswa menjadi atlet,” kata Bekti.
Memulai pembinaan atlet pada 2017, untuk pertama kali, UMS berhasil mengirimkan atletnya pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMnas). Bukan hanya berpartisipasi, mahasiswa prodi olahraga UMS, Della Kusumawati, berhasil meraih Juara 1. Pada masa selanjutnya, Della bahkan berkiprah hingga Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2021 di Papua.
Kesuksesan pada event bergengsi tersebut seperti membuka mata publik bahwa UMS mampu melahirkan atlet berprestasi. Menangkap peluang ini, Bekti pun menjalankan strategi keduanya, yakni sosialisasi masif pada jejaring minat dan bakat olahraga agar kuliah ke UMS. Apalagi, sebelum mengabdi untuk UMS, ia telah melatih banyak siswa SMP dan SMA. Jalur personal sebagai sesama atlet menjadi pintu penting peningkatan jumlah mahasiswa prodi olahraga UMS.
UMS tak tinggal diam. Keberhasilan prodi olahraga didukung sedemikian rupa dengan bermacam kebijakan. Apabila pada masa awal berdiri, pembinaan atlet masih terhambat minimnya fasilitas, ketika itu standar pelatihan mulai membaik.
Bukan hanya itu. UMS berkomitmen pada pembinaan minat dan bakat yang lebih intensif hingga beasiswa prestasi. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) olahraga semakin termonitor dan terarah menuju peningkatan prestasi.
Dedikasi Sewindu
Prestasi demi prestasi terukir. UMS semakin mengukuhkan diri sebagai perguruan tinggi Indonesia yang konsisten melahirkan atlet-atlet berprestasi. Jumlah mahasiswa meningkat drastis, selalu melebihi kuota yang disediakan. Pada 2017, kuotanya baru 80 mahasiswa. Kini jumlah mahasiswanya mencapai 150 mahasiswa, melebihi kuota yang disediakan, yakni 120 mahasiswa.
“Minat masuk ke prodi olahraga UMS semakin tinggi. Bukan hanya dari Pulau Jawa, mahasiswa kami juga banyak yang datang dari luar Pulau Jawa,” ucap Bekti berbahagia.
Belum lama, saat ASEAN University Games 2024 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), sederet capaian membanggakan teraih. Ginting Baharudin Putra menyabet Medali Perak pada Kelas D Putra Cabor Pencak Silat, Aisya Sativa Fatetani memenangkan Medali Perak Perorangan Tunggal Putri dan Medali Perunggu Beregu Putri Cabor Badminton, serta Bekti sebagai pelatih tim nasional pencak silat.
“UMS baru kali ini berhasil mengirimkan atau berkontribusi di ASEAN University Games. Sebuah capaian yang luar biasa, walaupun belum dapat medali emas,” katanya.
Atlet UMS tak lagi mewakili kampusnya, tapi duta olahraga nasional. Peluang untuk turut dalam ajang SEA GAMES mewakili Indonesia terbuka lebar, meski melalui proses yang panjang, karena harus melewati tahap seleksi nasional.
“Motivasi mahasiswa terkadang naik-turun. Misal bertemu lawan yang punya rekam jejak juara, mentalnya tidak selalu bagus. Nah, saya kuatkan mereka bahwa mereka mampu,” tutup Bekti optimis.
Editor: Rahma Frida