Guru Besar Manajemen Pendidikan UMS, Sofyan Anif, dalam sebuah ceramah di Islamic Center Madiun. (Sofyan Anif Official)
Dewasa Berbangsa Minus Retorika Politik Semata : Guru Besar Manajemen Pendidikan UMS, Sofyan Anif, dalam sebuah ceramah di Islamic Center Madiun. (Sofyan Anif Official)
Guru Besar Manajemen Pendidikan UMS, Sofyan Anif, dalam sebuah ceramah di Islamic Center Madiun. (Sofyan Anif Official)

Dewasa Berbangsa Minus Retorika Politik Semata

Kedewasaan dalam berbangsa ditunjukkan melalui karakter dan perilaku sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.


Sofyan Anif
Guru Besar Manajemen Pendidikan UMS. Bendahara PWM Jawa Tengah.
Rektor UMS 2017-2021 dan 2021-2025.

 

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional menjadi momentum penting untuk menggugah kesadaran kolektif kebangsaan kita. Tiba saatnya seluruh elemen untuk melakukan refleksi terhadap capaian dan tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keberhasilan pembangunan sudah dapat dirasakan, namun capaian tersebut belum cukup bila tidak disertai dengan evaluasi mendalam dan perbaikan berkelanjutan dalam menjalani kehidupan bernegara. Begitu pentingnya introspeksi nasional sebagai bentuk tanggung jawab moral seluruh warga negara.

Mari mengingat kembali nilai fundamental yang menjadi dasar negara Indonesia. Pancasila harus tetap menjadi ideologi yang menjiwai seluruh aspek kehidupan kita. Sekarang, sejauh mana nilai-nilai luhur Pancasila benar-benar terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia?

Apakah kehidupan beragama kita sudah baik? Apakah persatuan dan kesatuan kita sudah baik? Dan apakah kita sudah melaksanakan demokrasi dengan baik? Serangkaian pertanyaan ini harus menjadi bahan renungan bersama, tidak hanya oleh pemimpin bangsa, tetapi juga oleh masyarakat luas.

Saat ini, Bangsa Indonesia tengah menghadapi tantangan besar, baik secara ideologis, sosial, maupun moral. Oleh karena itu, diperlukan kedewasaan dalam bersikap, khususnya dalam menyikapi dinamika kebangsaan yang semakin kompleks.

Kedewasaan dalam berbangsa tidak hanya ditunjukkan melalui retorika politik, tetapi juga melalui karakter dan perilaku sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Sebagai organisasi Islam modern yang telah berdiri sebelum Republik Indonesia lahir, Muhammadiyah memiliki peran historis dan strategis dalam pembangunan bangsa. Persyarikatan terus berkontribusi aktif dalam membangun peradaban yang maju dan berkeadilan. Tanggung jawab besar itu tidak hanya melekat pada institusi, tetapi juga pada seluruh anggotanya.

Warga Muhammadiyah harus menjadi pribadi yang dewasa dalam menghadapi tantangan zaman. Mereka harus menjadi teladan dalam ibadah dan akhlak. Seseorang yang istiqamah dalam ibadah akan lebih mudah memiliki karakter baik dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai keislaman serta kebangsaan yang kuat.

Introspeksi Kepemimpinan

Kebangkitan bangsa tidak dapat dilepaskan dari kebangkitan moral dan spiritual masyarakatnya. Oleh karena itu, pembinaan karakter harus menjadi prioritas utama, baik dalam pendidikan formal maupun dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

Momentum Hari Kebangkitan Nasional dapat menjadi titik tolak untuk melakukan introspeksi menyeluruh. Para pemimpin bangsa dapat menggunakan kesempatan ini untuk merefleksikan tanggung jawab mereka terhadap rakyat dan negara.

Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar peringatan seremonial, tetapi harus menjadi medium introspeksi bagi segenap pemimpin bangsa dalam menjalankan mandat rakyat. Bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan arah di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang cepat.

Dengan semangat kebangkitan dan nilai-nilai luhur Pancasila, saya yakin bahwa Indonesia akan mampu menjadi bangsa yang tangguh, berkarakter, dan bermartabat. Peran strategis Muhammadiyah terus diperkuat sebagai penjaga moral bangsa sekaligus motor penggerak perubahan yang positif.

Editor: Astama Izqi Winata


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik