Gagasan pembangunan daerah yang dikelola dengan baik dapat berimplikasi kemanfaatan luas.

BEJI, Bejen | Demi merespons dinamika perubahan yang semakin tak terduga, Pemerintah Kabupaten Karanganyar memerlukan peran think tank kepemimpinan lokal. Teknisnya, ada otoritas lintas pemangku kepentingan yang khusus mengelola gagasan pembangunan daerah.

Hal tersebut mengemuka dalam Musyawarah Daerah (Musda) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Karanganyar kali kedua, Jumat (24/10/2025), di Rumah Makan Bebek Pelajar Karanganyar.

“Perubahan mustahil dapat ditempuh tanpa gagasan. Selama ini, gagasan muncul dari masing-masing pihak karena ketugasan. Sementara banyak gagasan berkembang di tingkat akar-rumput yang terus muncul, tanpa pengelolaan cukup. Betapa penting membangun sistem manajemen gagasan pembangunan daerah, terutama di Kabupaten Karanganyar,” ujar Koordinator Presidium KAHMI Karanganyar, Baidi.

Guru Besar Ilmu Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta tersebut menjelaskan, ruang kolaborasi yang otoritatif ini selanjutnya berperan dalam pengujian kerangka kerja, penyusunan metodologi, hingga produsen model yang lantas direplikasi.

“Think tank yang dimaksud tidak tumpang tindih, ya. Misalnya, Bappeda Pemkab tetap dengan fungsi dan perannya. Organisasi Perangkat Daerah lain pun begitu. Think tank yang diusulkan ini menjadi simpul uji kebijakan strategis. Misalnya, terfokus pada program-program peningkatan Pendapatan Asli Daerah,” tuturnya.

Think tank, lanjut Prof Baidi, begitu ia akrab disapa terbatas pada relasi antar-kepemimpinan lokal. Jadi, tidak bersinggungan langsung dengan pelaksanaan program. Dengan begitu, semua sumber daya tersinergi baik, berikut kepemimpinan lokal yang solid.

“Umumnya, karena berbagai alasan, terutama politik, kepemimpinan lokal sering kali tidak solid. Untuk menjembataninya, simpul gagasan dalam rupa think tank dapat menjadi alternatif pemersatu. Karena, siapa pun itu, setelah absah sebagi pemimpin formal, kepentingan warga di atas kepentingan pribadi dan golongannya. Pun dengan para pemimpin informal,” ucap Prof Baidi.

Berbasis Intelektualitas

KAHMI Karanganyar juga memastikan siap menjadi kekuatan penyeimbang sekaligus mitra pemerintah. Menurutnya, anggota KAHMI di Bumi Intanpari memiliki latar belakang keilmuan dan profesi yang beragam. Hal itu menjadi amunisi penting dalam memberikan sumbangsih pemikiran untuk Karanganyar, maupun Indonesia di masa datang.

“KAHMI akan memberikan  ide dan pemikiran untuk kemajuan bangsa, khususnya untuk Karanganyar. Terutama pada isu atau persoalan masyarakat yang butuh disikapi segera,” terangnya.

Meski demikian, KAHMI Karanganyar tak sembarangan dalam mengambil sikap. Dalam merespons berbagai isu dan persoalan daerah, KAHMI selalu mendiskusikan dan mengkajinya terlebih dahulu secara komprehensif.

Selama ini, ide dan pemikiran sering kali terhenti pada forum diskusi internal. Kini, KAHMI hendak lebih proaktif berkoordinasi dengan pemerintah dan elemen masyarakat lainnya.

“Harapannya sumbangsih pemikiran atau  rekomendasi yang dihasilkan bisa menjadi bagian dari solusi permasalahan di masyarakat. Ini menjadi kontribusi konkret kami untuk turut membangun bangsa, khususnya di Karanganyar,” kata Prof Baidi.

Kepengurusan KAHMI Karanganyar periode ini melibatkan banyak alumni muda supaya gerak organisasi menjadi lebih dinamis.  Empat anggota presidium lain, yaitu Ibnu Subarkah, Agus Rizal Riva’i, Yudo Pramono, dan Budi Hartono.

“KAHMI tetap mengutamakan langkah perjuangan dengan memegang nilai intelektual, keislaman, dan kebangsaaan,” pungkasnya.

Editor: Astama Izqi Winata